Tuesday, November 19, 2013

Dongeng Untuk Hantu Mimpi

Another story. Enjoy it :)
+++


Terima kasih jika ternyata kau menekan barisan judul di atas dan mendapati dirimu membaca tulisan ini.
Terima kasih banyak. 
Aku berjanji tidak akan membuang sia-sia waktumu. Karena aku sudah belajar banyak bagaimana seharusnya aku menggunakan waktuku.

Baiklah. Aku mulai dari kata "Maaf". Maaf karena aku lancang bermain-main dengan imajimu. Dia yang selalu menemaniku dalam mimpi. Mimpi sesungguhnya. Bukan mimpi sebagai metafora atau kiasan, tapi benar2 mimpi. Mimpi yang kurang ajar kalau boleh aku bilang. Datang dan pergi sesuka hati. Saat aku bahkan tak menanyakan kehadirannya. 
Sudah bertahun-tahun sejak mimpi pertama. Sekitar 6-7 tahun lalu. Mau aku beritahu bagaimana mimpi itu? Kalau ya, kau bisa terus membaca baris di bawah ini. Kalau tidak, lewatkan saja karena mimpi ini begitu intim dan kau bisa2 menganggap aku gila. Tapi hei, bukan aku yang membuat mimpi ini!

Mimpi pertama tentang bagaimana aku jatuh cinta padamu atau anggap saja begitu. Masih ingat kelas kecil kita di sudut dinding? Waktu itu sinar matahari datang dari jendela2 kaca kusam dan aku melihat cahayanya jatuh di satu pemandangan yang membuatku ternganga. Aku melihat diriku sendiri dipeluk olehmu. Tak bisa kugambarkan bagaimana rasanya. Aku hanya tau hatiku terasa hangat entah oleh apa. Kau memelukku sayang. Dari belakang. Seperti drama korea ya? hahaha. Hanya sekelebat dan mimpi itu lalu buyar.
Besok paginya, dalam dunia nyata, aku menatapmu dari jauh dan bertanya2 bagaimana rasanya sesungguhnya. Aku merutuki diriku sendiri karena lancang. Maka dari itu aku minta maaf...

Aku jadi penasaran apa kau membaca baris2 barusan?? Apa kau peduli?? Biarlah, kita biarkan pertanyaan itu tak terjawab. 

Mimpi yang kedua aku tidak ingat persis. Bahkan aku tidak pernah menghitung berapa mimpi yang aku dapat. Tolong jangan jijik atau benci kepadaku karena aku benar2 tidak berniat bermimpi tentangmu. Kalau mengkhayal iya. Khayalan gadis2 biasa. Dan aku tak akan memberitahumu jika kau tak meminta :).

Tiga mimpi terakhir yang membawaku lebih lancang menghubungi dirimu. Pernahkah kau bertanya2 bagaimana bisa aku masih memikirkanmu? Karena aku juga begitu. Aku tidak punya jawabannya. Mungkin karena hal yang mustahil untuk lupa. Begitulah, meski tidak setiap kali mimpi datang, aku lantas mengganggumu. Terkadang mimpi itu datang dan besoknya aku sudah lupa. Tapi kali ini aku sudah terlalu lelah.

Mimpi itu sekitar satu minggu yang lalu, kalau kau ingat, itu adalah saat aku menghubungimu, lagi. Aku bermimpi kita kembali ke kelas di sudut. Tapi bukan kelas kita pertama bertemu, tapi kelas di sekolahku sebelumnya. Lucu juga ya semuanya berada di sudut. Aku menyapamu yang sedang asyik sendiri dan bertanya apa aku boleh duduk sebangku denganmu di tahun terakhir kita di sekolah ini dan kau tersenyum mengangguk.

"Ya. Boleh. Taruh saja tasmu di samping milikku." jawabmu yang membuatku lega setengah mati. Aku senang. Dalam mimpi itu.

Kemudian kita belajar bersama. Benar2 belajar bersama. Hahaha. Kau tidak suka belajarkan? Maaf aku tidak bisa mengubahnya.
Kau begitu baik dan memperhatikanku. Hanya begitu membuatku senang. Kemudian, aku terbangun dan mengumpat kesal. Bagaimana udara dingin ini begitu tega menghentikan mimpiku tentangmu? Aku menarik selimut dan mulai mencari2 kau lagi dalam mimpi tapi aku malah tersesat ke mimpi yang lain. Tanpa kamu.

Mimpi terakhir tepat beberapa jam yang lalu. Aku bangun pagi ini  dan hatiku benar2 kacau. Aku senang,sedih dan kesal di saat bersamaan. Aku senang karena mimpi itu membuatku merasakan kehadiraanmu. Aku sedih karena bahkan dalam mimpi aku tidak bisa lebih dekat denganmu. Aku kesal karena brengsek kau datang lagi mengunjungiku!
Tapi mimpi ini berbeda karena pada akhirnya kenyataan muncul juga. Kenyataan itu terbawa ke alam mimpi. Aku mengunjungimu di rumahmu, aku tidak hanya mendapatimu tapi juga dia yang memiliki hatimu sekarang. Tiga tahun sudah dia mengisi harimu. Dia berhak atas semua dan aku tidak bisa marah atau iri. Tidak sama sekali karena begitulah seharusnya. Milikku hanya kau yang ada di mimpi, jadi maaf bagimu yang di dunia nyata. Aku memaksa untuk bertemu kau si hantu mimpi dalam kau si dunia nyata. 

Apa aku membuatmu takut? Jangan takut. Karena aku berjanji tidak akan mengikatmu demi kesenanganku sendiri. Aku bahagia sekarang. Hanya terkadang aku rindu. Bisakah kau menghitung berapa kata "aku" kugunakan di atas? Berapa kata "kita"? Kalau kau cermat atau mau menghitung kau akan mendapati kata "aku" lebih banyak daripada "kita". Kenapa? Karena ya, ini semua tentang aku. Tidak pernah ada kenangan tentang kita. Aku hanya orang asing yang sok mengenalmu. Padahal aku hanya sok tau. Aku tidak mengenalmu sama sekali. Aku terlalu takut kau menolakku saat itu. Aku tidak mau ditolak, tapi aku tidak mungkin diterima. Jadi beginilah selamanya. Hidup hanya satu kali, dan aku tidak mungkin berpaling padamu dan kau tidak mungkin meninggalkan duniamu. Kita tidak akan pernah ada dalam satu frame yang sama. Selamanya. Hanya saja aku tidak bisa menolak rindu ketika ia datang. Bisakah kau memahaminya?

Aku tidak akan pernah merasakan hangatnya genggaman tanganmu atau lucunya sapaanmu atau mengatakan betapa kau bisa membuatku berloncat riang hanya atas kata-katamu. Aku tidak akan pernah bisa melewati garis itu. Dan aku cukup tau diri untuk tidak meminta. Maaf aku egois dan menjeratmu ikut masuk. Salahkan saja si pembuat mimpi! Siapapun itu!

Di atas segalanya aku hanya ingin bertanya; salahkah aku begini? Aku tidak mungkin lupa. Tidak akan kecuali benda berat menimpa kepalaku dan aku hilang ingatan... hahahaha...
Percayalah aku sudah mencoba....
Salahkah aku?? Tolong bantu aku menjawabnya. Haruskah aku menjauh saja dan jangan mengganggumu dengan mimpi bodohku?? Maaf. Maafkan aku. Aku tidak mengharap kisah cinta karena aku akan menjadi begitu serakah meminta begitu. Aku tidak mau dan tidak bisa begitu saja melukai hati banyak orang. Aku hanya terlalu egois dan berlebihan terjebak dalam memori begini. Aku hanya ingin kau mengerti dan tidak menganggapku si freaky dreamer. Aku hanya mau boleh menyapamu ketika aku rindu. Terkadang kau bisa jadi sangat baik dan manis tapi kadang kau begitu dingin dan membuatku takut... Tahukah kau?

Jika Tuhan ternyata menulis takdir seperti yang kuharap, maka hari ini, besok, atau mungkin bertahun-tahun dari sekarang kau akan membaca tulisan ini. Mungkin juga tidak sama sekali. Tidak masalah. Tapi kalau saja... kalau saja kebetulan kau membacanya... bantu aku beri jawaban. Salahkah aku? Maukah kau memaafkanku?

+++

No comments: