Friday, August 4, 2017

#POEM : Sungguh Aku Iri

Pic Credit : Google Image


Aku iri pada mulus kulit wanita-wanita yang kau pelototi tiap malam berganti.
Pada cekung-cekung senyum mereka yang seolah menyatakan kepemilikan atas dunia.
Sebab, nyatanya aku tidak.
Aku iri pada helai rambut warna-warni yang terkait rapi di daun telinganya seolah menyatakan besok pasti baik-baik saja.
Sebab, nyatanya aku tidak.
Runtuh kakiku bersamaan dua ketuk jarimu.
Menyapu dengan amin geliat tawa yang akhir-akhir ini enggan pulang ke wajahku.
Dihantam kepalaku oleh dua ketuk jarimu.
Menendang jauh-jauh gulungan pita bahagia duniaku.
Kau dan mereka bergelayut di tingkat nirwana yang sama.

#POEM : Antara Aku dan Kamu

Pic credit : Pinterest

Berdiri jauh di seberang lautan kau meragu.
Mengeja jengkal-jengkal detik dari jam tangan hitammu.
Mungkin, suara pertama yang terdengar adalah "mengapa?"
Atau bisa jadi juga "ada apa?"

Berdoa saja aku di sini.
Rapat-rapat mengunci mulut dan telingaku.
Kujorokkan sebundel hati yang menggeliat di bawah tulang dadaku.
Ku lempar sejauh batas samudera yang kau isi dengan segala jawaban atas "mengapa" dan "ada apa"-mu.

Aku, bayangan yang bangga saja kau sembunyikan di sudut terpojok jiwamu.
Aku, nama haram yang mati-matian kau telan dalam-dalam tenggorokanmu.
Bersandar pada satu-satunya pengertian bahwa besok matahari pasti datang.
Menghirup satu-satunya harapan bahwa apapun yang terjadi, toh langit tetap tinggi.

--
CR : 05/08/2017 19.00 WIB 
Nulis di buku Daily Report adek satu-satunya yang isinya biodata nasabah.