Saturday, October 28, 2017

#Flash Fiction : New Disease

It's totally a flash fiction that came to my mind while I was driving few days ago. So I decide to share it here :D 


NEW DISEASE



cr : google


Sebuah desa di wilayah paling utara negara empat musim terserang suatu penyakit paling berbahaya sepanjang. Wabah endemik yang penyebarannya sudah tak terkendali sejak menyerang salah satu keluarga beberapa minggu yang lalu membuat pemerintahan di negara ini kacau balau. Mereka meminta bantuan negara-negara tetangga namun masih saja terbatas.

Jika kita pikir wabah terdahsyat mungkin datang dalam bentuk virus atau biotik berukuran nano yang menyerang imun tubuh sehingga kegagalan sistem sekecil apapun akan berdampak mengerikan, maka tidak untuk yang satu ini.

Ketenangan pagi berkabut terusik gerasah gerusuh beberapa orang-orang tua yang berlarian menenteng keranjang-keranjang kayu yang dibalut serbet pudar. Mereka tergopoh bergerombol di depan pintu kayu salah satu rumah paling tua di desa itu, berdesakan berusaha masuk. 

Di satu-satunya ruang paling besar di rumah itulah mereka berdiri mengelilingi seorang anak gadis yang tampak janggal berada di tengah-tengah orang-orang yang menatapnya sambil menahan tangis dan mengatupkan tangan menutup mulut. Ia bertanya dalam alunan nada dasar kenapa mereka mengawasinya demikian. Ibu si gadis tidak bisa berhenti menangis memeluk anaknya yang paling kecil sambil terus  membaca doa-doa yang dihapalnya sejak remaja. Si gadis justru makin bingung, ia terus bersenandung riang dalam lagunya sendiri. Tidak akan jadi masalah besar seandainya ia tidak melakukan hal itu sejak tiga hari yang lalu. Terus bernyanyi dan bernyanyi tanpa merasa kantuk atau lelah sedikit pun.

Itu baru kejadian pertama. Dalam lonjakan waktu ke depan, semakin banyak warga desa yang bertingkah demikian. Mereka terus mendengar musik di dalam kepalanya berputar tanpa henti. Musik sedih, gundah bahkan jenis musik yang membuatmu ingin melompat dari bukit tertinggi. Jika kau pikir beruntunglah yang mendapat musik riang gembira, maka itulah kesalahan pertama. Jenis musik ini mengiringmu pada kehidupan fana di mana rasa sakit hanya fatamorgana. Lebih mengerikan dari sekedar tertawa, si penderita akan kehilangan rasa simpati dan empati bahkan tertawa pada kematian.

Sedangkan musik sedih, mungkin pula kau pikir akan membunuh perlahan dari dalam, tapi kenyataannya beberapa orang mampu bertahan dengannya karena pada akhirnya ia menyadari kebahagiaan tidak hanya ada di kepalamu tapi juga pada kuntum bunga yang mekar tadi pagi atau pada kibasan debu di atas sepatu.

*******


Friday, August 4, 2017

#POEM : Sungguh Aku Iri

Pic Credit : Google Image


Aku iri pada mulus kulit wanita-wanita yang kau pelototi tiap malam berganti.
Pada cekung-cekung senyum mereka yang seolah menyatakan kepemilikan atas dunia.
Sebab, nyatanya aku tidak.
Aku iri pada helai rambut warna-warni yang terkait rapi di daun telinganya seolah menyatakan besok pasti baik-baik saja.
Sebab, nyatanya aku tidak.
Runtuh kakiku bersamaan dua ketuk jarimu.
Menyapu dengan amin geliat tawa yang akhir-akhir ini enggan pulang ke wajahku.
Dihantam kepalaku oleh dua ketuk jarimu.
Menendang jauh-jauh gulungan pita bahagia duniaku.
Kau dan mereka bergelayut di tingkat nirwana yang sama.

#POEM : Antara Aku dan Kamu

Pic credit : Pinterest

Berdiri jauh di seberang lautan kau meragu.
Mengeja jengkal-jengkal detik dari jam tangan hitammu.
Mungkin, suara pertama yang terdengar adalah "mengapa?"
Atau bisa jadi juga "ada apa?"

Berdoa saja aku di sini.
Rapat-rapat mengunci mulut dan telingaku.
Kujorokkan sebundel hati yang menggeliat di bawah tulang dadaku.
Ku lempar sejauh batas samudera yang kau isi dengan segala jawaban atas "mengapa" dan "ada apa"-mu.

Aku, bayangan yang bangga saja kau sembunyikan di sudut terpojok jiwamu.
Aku, nama haram yang mati-matian kau telan dalam-dalam tenggorokanmu.
Bersandar pada satu-satunya pengertian bahwa besok matahari pasti datang.
Menghirup satu-satunya harapan bahwa apapun yang terjadi, toh langit tetap tinggi.

--
CR : 05/08/2017 19.00 WIB 
Nulis di buku Daily Report adek satu-satunya yang isinya biodata nasabah. 

Saturday, July 29, 2017

#POEM : Aku Rindu

Aku rindu.
Sungguh aku rindu. Sampai ngeri rasanya.
Aku mau menatap wajahmu lama-lama.
Tepat di garis lengkung senyummu.
Tepat di kerut keningmu.
Tepat di pipi kirimu.

Aku ingin mengantungimu di sakuku dalam-dalam.
Hingga jika sewaktu-waktu rindu mampir, kau kan kukecup dan ku simpan lagi. Dalam-dalam.
Tapi aku takut.
Takut jatuh terlalu dalam, tiba di dasar.
Takut terluka oleh bunyi hikayatku sendiri.
Aku tak kan pernah mau menangisimu di pojok ruang menghadap dinding.
Tidak lagi. Aku sudah tua dan rapuh.
Usang dan berkarat.
Hatiku tak akan sanggup lagi.
Jangan datang malam ini.

#POEM : Seruan Bagimu Sang Pemilik Hati

Seruan bagimu sang pemilik hati.
Kukatakan dengan lantang,"Aku ingin menyayangimu dengan sempurna!"
Mendekapmu saat gerimis hujan mulai mengancam membawa dingin yang menusuk.
Menyeka peluhmu saat matahari terlampau senang.
Atau sekedar menatap matamu yang mulai sayu dipeluk kantuk.

Aku ingin menumpahkan cinta banyak-banyak setiap ruang dan percaya hatimu.
Penuh-penuh akan aku isi.
Sampai meluap-luap dari sarangnya.
Bisakah aku? Bolehkah aku?
Atau ini hanya aku berbicara pada gadis di seberang cermian yang menatap ragu?

-----
CR di pagi buta setelah tidur yang tidak nyenyak.

Saturday, January 14, 2017

Awareness Upon Cyber Bullying! | Kesadaran Akan Cyber Bullying!

Helloww, it's me. Again. Moody and lazy blogger -- yeah, you know.

First let me say; "Merry Christmas and Happy New Year!" Yeay! Yeay! My blog would have its own 9th Anniversary! Can you imagine that? I've been here, chit-chat, for almost 9th year! -- I'm not a productive blogger but, well at least, I did some  random articles which means I don't have certain focus as a good blogger. I admit that. However, ten year is not a short of time as you can see from my very first odd post to this new one at 2017 -- which still odd actually! 

Dari anak SMA ingusan sampai seperempat abad dan tetap ingusan! Hah! Dari yang background 'alay-alay cetar' sampai sadar simplicity is elegant! Kenapa waktu tahun 2008'an kepikiran punya blog? Well, sebenarnya cuma supaya dibilang keren. Kalau ada yang nanya, "Kamu kenal blogger tiiiit gak?" dijawab, "Eh iya dong. Gue kan blogger jugak!" Blogger abal-abal. On and off dengan artikel yang kebanyakan curhat, random dan mungkin gak guna! Sowwyyy~

But just so you know, pernah suatu kali postingan di blog ini punya viewers hampir ratusan per day! Padahal isinya juga gak penting, but thank's to that thing, I am recognized! Dan sampai sekarang page itu adalah the highest page of all time! Kalau iseng mau tau ini linknya ~> click



First posting ever ~> click (See? Kenapa hurufnya besar dan kecil? Kenapa tanda komanya gitu amat? Saya juga GAK tau! So excuse it please dan gak usah dibahas! Okay? Belum bisa bahasa Inggris juga :D)




Sooo, apa pula nyambungnya ke judul di atas? 

Jadi beberapa hari yang lalu iseng buka facebook yang sudah tak terjamah banget, dibuka kalo mau nyindir orang atau sekedar memuaskan kekepoan -- bah!-- and I was scrolling down and when I accidentally found an article about one of my friends. Her name is written very clearly alongside to her profile picture. First, I thought that was her post, but later I saw it was shared by someone else. Salah satu teman facebook share postingan seseorang-- let's call her Bunga ( mainstream? Sengaja!) tentang isi personal chatnya dengan caption something like "beware of this case that could happen to you too! What case? Si Bunga ini dilabrak sama si Bintang gara si bunga kasih 'love' ke salah satu status suami si Bintang. Lengkap dengan beberapa kata dari si Bintang yang kurang enak bagi si Bunga tapi diladenin juga sama dia. Panjanglah isi chat'nya. Intinya si Bunga bela diri karena katanya dia sudah biasa kasih emoticon 'love' ke status siapa aja, cewek maupun cowok, dan bukan cuma dia yang kasih 'love' ke status si suami, tapi kenapa cuma dia yang dilabrak, and so on, and so on. 
Apa yang terjadi kemudian? Mudah ditebak, it goes viral. As always. People are commenting and judging as they're the judge of the trial. Meski ada kok beberapa yang kasih komentar bagus dan dewasa. Thumbs up!

Intinya adalah bukan ke betapa sepelenya masalah ini sampai harus dipermasalahkan sama si istri, tapi -- in my opinoin -- kepada tidak etisnya nama, lengkap dengan profil picture dan isi chat yang disebar. Betapa cepatnya kita, dengan jari-jari gendut ini menuliskan komentar-komentar, menekan tombol kirim secepat kilat tanpa pikir barang 5-10 detik at least tentang dampak tulisan kita 1-2 menit kemudian. Si Bunga yang pada awalnya mengklaim tidak ada niat apapun dengan 'love' yang dikasih tadi dan jauh banget dari kata ingin menghancurkan rumah tangga orang lain, tapi tanpa pertimbangan matang sharing personal message lengkap dengan nama dan identitas si Bintang tanpa repot-repot mau blur atau semacamnya secara tidak langsung membuktikan bahwa dia 'berpotensi' mengganggu rumah tangga orang lain. Tidak cukup dengan kasih penjelasan kenapa itu 'love' bisa mendarat di sana? Atau cukup share kronologis tanpa -- sekali lagi -- share identitas nama si Bintang supaya -- seperti niat awalnya -- mau kasih warning ke orang lain supaya bahkan kasih 'love' di media sosial bisa jadi masalah? 
Terus sebenarnya korbannya siapa? Dua-duanya korban. Si Bintang entah mungkin pernah 'trauma' dengan kasus 'love' di media sosial si suami? Who knows. Atau lagi ada masalah keluarga yang mungkin bikin dia gak bisa mikir jernih dan jadi overprotective, 'cause, trust me, a broken heart woman could be the best villain. 
Si Bunga? As she said she's not married yet, so it STILL could happen to you too! One day maybe there's something wrong with your marriage then you sign up to your husband account and find a younger girl give random 'love' to your husband's post and you go mad. You send her personal message and nagging then the girl post it back and capture your chat while you try to make your lil daughter sleep cause she's been ill the whole day. And your husband comeback home to find it's already gone viral and your marriage is bullied online by so many people who doesn't even read the whole caption. Mungkin aja. 
In conclusion to what I'm going to say is please be wiser in using your social media. It's not a new thing that media could possibly destroy a nation. Apalagi cuma rumah tangga. Think twice, three times, four times when you type anything by your finger and also learn to do what God says "Do not judge," for the people who are commenting.

Sowwy it's in bilingual and oddly written karena pada hakikatnya ngoceh itu paling 'ngena' kalau pake first language yah. Duh jadi panjang kan! Dah. Bhay!

ps: I'm no one to be concerned to such case, not because I know one of them, but because I've been in kinda same experience as I was bullied online. No one ask for my explanation, they just seems so happy judging. Something's wrong with this society. Something's wrong with this world.