Wednesday, April 20, 2011

FF (OneShoot) Foolish Love

Title ::
cast :: seungri BigBang





=Day 1=

“Itu gadis yang berpakaian aneh di pesta musim panas tahun lalu ‘kan? Kau ingat kejadian memalukan itu?” bisik seorang cewek kepada temannya yang mengangguk geli mengiyakan.
“ku dengar ia menyatakan cinta pada seung ri sunbae…” tambahnya.
“gurraeyo?”
“ne… tapi ditolak tentu saja…! sunbae tak kan suka gadis seperti itu! Dia punya wanita lain…”
“Benarkah? Kasian sekali…”

Kemudian mereka terkikik keras tanpa berusaha disembunyikan lagi.
Yong mi berjalan menunduk menyusuri koridor sekolah. Ia tak suka orang-orang menyadari nya dan terus membicarakan kehadirannya, apalagi menyinggung masa lalu ‘itu’, yang ingin dikuburnya dalam2. Ia terus memandang ujung sepatu ketsnya yang berdebu, setengah berlari menaiki anak tangga ke atap sekolah. Satu2nya tempat tersembunyi yang jauh dari perhatian murid-murid populer lain.
Sesampainya di sana ia seketika berlari menuju dinding yang menghadap timur. Permukaannya berkilauan terselimuti embun tadi malam. Yong mi menyusurinya dengan tak sabar. Seperti orang kelaparan matanya mencari-cari sesuatu. Itu dia! Tepat di bawah tulisannya yang rapi kemarin.

“kenapa aku tidak boleh mengetahui tentang dirimu?”
Itu saja? Yong mi mundur kecewa. Hanya itu balasan dari pesannya yang begitu panjang.?
Yong mi mengambil spidol kecil dri sakunya dan menulis.

“aku bertaruh kau tidak akan mau tahu siapa aku. Begini saja sudah cukup…” tulisnya.
Ia tak tahu lagi harus berkata apa. Mungkin seperti cinta pertamanya. Permainan ini juga akan berakhir percuma.

***
Yong mi terlambat ke kelas selanjutnya. Ia berlari sekencang mungkin menapaki lantai.
“Brukk!!” ia menabrak seseorang. Tubuh mungilnya terjengkal.
“mianhe…” ia menepuk ujung roknya dan bangkit lagi…
“Hei, lihat siapa ini…! park yong mi,,,!” seru seseorang sambil menginjak spidol birunya yang terlempar.”Ini cewek yang menyatakan cinta padamu ‘kan?!”

Jantung yoong mi memburu cepat mengetahui siapa makhluk di hadapannya.
Seung ri tak menjawab ejekan temannya.

“Gwaencanayo?” ia menanyai yong mi.
Yong mi diam, membuang muka jijik.
“Yaa! Dia bertanya padamu! Dasar cewek tidak tahu di untung! “ temannya yang lain mendorong kepala yong mi kasar. Yong mi tak bergeming. Ia sudah biasa diperlakukan seenaknya oleh seluruh penghuni sekolah ini. Biarkan mereka melakukan sesuka hati sampai mereka muak sendiri. Pikirnya. Ia tak peduli. Sebaliknya, yong mi menganggap mereka hanya sekumpulan orang tak berguna yang kebetulan satu sekolah. Mata mereka buta dan tak mampu melihat kebaikan hati dibalik seragam sederhananya.

“Ayo pergi…” kata seung ri datar dan berjalan melewatinya begitu saja.
Mereka berlalu sambil menatap remeh yong mi.

***

“Aku benci mengakui ini. Mencintai pesona kepedihan dalam relung matanya. Seung ri sunbae? Begitukah namanya? Mengapa pandangannya begitu kelam di balik wajah angkuh itu? Kenapa ia harus memakai topeng seolah semuanya sempurna? Siapa dia sebenarnya? Begitu banyak pertanyaan bias dalam kepalaku. Tapi pertanyaan yang paling besar adalah… mengapa aku peduli?”

****

=Day 2=

Tak ada balasan hari ini. Dinding itu kosong melompong. Hampa tanpa nyawa. Yong mi mendesah, menggenggam erat spidol di jarinya. Aku akan terus menulis meski tak kan ada jawaban lagi. Aku akan terus bersuara meski tak ada yang mendengar. Pikirnya.
“annyeong wallman-kau tahu aku tidak punya panggilan lain untukmu. Bagaimana harimu? Apa begitu sibuk sampai tak sempat membalas pesanku? Mianhe, aku benar2 berharap kita bisa menjadi teman baik. Aku tak bisa mengatakan siapa diriku. Tidak sekarang. Kuharap kau mengerti. Asal kau tahu, kau satu2nya makhluk di sekolah ini yang mau mendengar ceritaku… gomawoyo…”

***

Yong mi menuruni satu persatu anak tangga dari atap sekolah dengan perasaan datar ketika ia mendengar sesuatu.
“waeyo oppa? Kau harus punya alasan menolakku!” desak suara pertama.
Tak ada jawaban.
“Apa kau menyukai cewek lain? Nugu? Apa dia lebih baik dariku?” suara itu terdengar gusar, “Oppa,, katakan sesuatu…” desaknya.
“ya, aku punya…” jawab suara kedua, membuat langkah yong mi yang tadinya berniat tak peduli terhenti. Ia mengenali suara itu…
cewek itu melihat yong mi di ujung pintu. Ia berdecak, menatap marah dan menghampirinya.
“Apa yang kau lihat cewek bodoh?!” ia mendorong tubuh yong mi kasar,”pergi!” teriaknya.
Yong mi menatap seung ri kemudian beralih pada cewek itu,”Kau tidak lebih bodoh dariku asal kau tahu,” ia mengangguk pada seung ri yang duduk di salah satu meja di kelas sana.
“Mwo? Kau pikir kau siapa hah?!”
“Yang kau lakukan buang-buang waktu saja. Percayalah…” kata yong mi memandang benci seung ri.
***

=Day 5…=
“annyeonghasimnika? Sepertinya kau benar-benar sibuk dan tak punya banyak waktu sekarang. Gwaencana. Aku akan terus menulis agar kau tahu aku tetap di sini. Tunggu! Kau benar2 manusiakan? Maksudku, apa kau juga murid sekolah ini? Bukan…yah… hantu atau semacamnya? Hahaha…”
***

=Day 10=
“Aku memutuskan untuk berhenti menyukainya.—cowok yang pernah kuceritakan. Tidak mudah memang. Tapi aku pasti bisa… kau mendukungku, kan, wallman??—entah kau cowok atau cewek. Dan Jennie—anjingku, kau ingat? Sudah punya 4jenie-jenie kecil sekarang. Mereka benar2 cerewet berebut makanan…>.<”
***

=Day 14=
Seluruh sekolah sedang sibuk mempersiapkan ujian bagi siswa tahun terakhir. Yong mi masih menyempatkan diri menulis pesan di dinding.
“Hari ini semua masih biasa2 saja. Sebentar lagi aku akan lulus dari sarang monster ini. Aku akan pindah keluar kota. keluargaku ingin memulai hidup baru di luar sana. Aku sangat senang. Tapi aku tak kan bisa berhubungan denganmu lagi. Itu membuatku sedih. Aku ragu akan menemukan teman sepertimu lagi. Kuharap kau baik-baik saja. Kita berjuang untuk ujian ya!!—meski aku tidak tahu kau siswa tahun ke berapa-- Fighting wallman!”

***
=Day 30=

Yong mi menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya. Pemandangan dari atap sekolah memang yang terbaik. Sayang hanya sedikit orang yang mempedulikan tempat ini. Semuanya sibuk di dunia bawah sana. Saling memamerkan brand2 terbaru peralatan sekolah mereka atau berbagi cerita bagaimana mereka baru saja menghamburkan uang. Mempergunakan sebaik mungkin kesempatan menyombong satu sama lain. Atau terkecoh cerita2 seram tentang murid cewek yang meninggal setahun lalu. Yong mi percaya yang mati tak kan memilih kembali ke dunia yang sekejap ini. Paling tidak, bukan dirinya.
Ia menoleh pada dinding yang hampir berubah warna menjadi biru langit di seberangnya. Ia sudah berhenti menulis di situ. Tak ada jawaban apa pun. Hanya celotehan2nya sendiri bercerita tentang hidupnya yang biasa-biasa saja. Wallman benar2 menghilang. Atau bahkan sebenarnya tak pernah muncul? Sebelumnya memang pernah begitu. Tapi hanya sekitar dua minggu ketika kemudian ia datang lagi dengan kisah2 yang berbeda. Yong mi terus mengingat cerita2 seru mereka dulu. Meski berjalan sangat lambat, tapi persahabatan mereka terasa sangat hangat. Sekarang tinggal menunggu hari ia meninggalkan sekolah ini.

Yong mi memutuskan membaca kembali coretan2 dinding itu hanya untuk bernostalgia. Ia benar2 melewatkan tiga tahun yang aneh berteman dengan makhluk maya seperti ini. Tapi yong mi tak pernah menyesal. Ia cukup senang dengan begini saja.
Jari-jarinya menelusur pelan.

“kenapa kau bosan? Yah,, sebenarnya aku juga bosan…” pesan paling pertama dari si wallman dan diikuti pesan yang berbunyi senada…“Aku dapat nilai jelek ujian hari ini…”,”aku berharap bisa bermain dengan jenie^^ … kedengarannya ia anjing yang lucu…” dan cerita-cerita biasa lain yang dibalas yong mi dengan kisah cinta klasiknya pada seseorang yang sudah ia pendam lama tapi tak berani mengakui pada siapapun, sampai yang terakhir,”kenapa aku tidak boleh mengetahui siapa dirimu?” sampai di situ saja. Biasanya yong mi akan menemukan balasan setiap keesokan pagi. Tapi tidak lagi.
Kemudian tanpa disadarinya, yong mi tersentak. Ada sebaris tulisan bertinta hitam diantara carut marut pesan lain. Ia baru mengetahui hari ini sejak sekian lama tidak menulis lagi. Tulisan itu hampir pudar tersapu embun.

,i>“Aku tahu siapa kau…”

Jantung yong mi berdetak cepat. Ia tak percaya. Wallman tahu siapa dirinya di saat sekian lama mereka tidak berhubungan lagi? Ia sudah tiga tahun berusaha sepintar mungkin mencari timing yang tepat untuk pergi ke atap sekolah agar tak ada yang mengetahuinya. Tapi fakta ini…??
“Kuharap kau mau menemuiku di pesta perayaan kelulusan nanti. Tepat pukul 8 di pintu masuk menghadap timur…dan—percayalah. Aku sudah tahu siapa kau…”

***
Pesta. Yong mi benci 5huruf itu. Kenangan menyakitkan pesta setahun yang lalu. Ia menyatakan cinta pada cowok yang tidak tepat, di saat yang tidak tepat, dengan kostum paling memalukan sedunia. Ia melakukannya atas dorongan wallman yang mengatakan cinta yang tulus tak seharusnya di sembunyikan dan dibiarkan padam begitu saja. Cinta berhak di ungkapkan dengan cara seindah mungkin.
Begitulah yong mi yang datang malam itu dengan dandanan berbeda. Tidak buruk jika saja itu pesta kostum. Cantik malah melekat di tubuhnya yang ramping. Hanya saja cahaya itu terhalang gemerlap gaun prestisius dan dandanan mahal murid2 lain. Ia terlalu sederhana sampai dianggap aneh dan tak layak. Belum lagi predikat freaky girl penggila novel yang melekat pada dirinya…

1 year before…


Yong mi menghampiri seung ri dengan cukup berani. Ia tahu ia akan gagal. Bukan keberhasilan yang diimpikannya, tapi bebasnya perasaan cinta dan hati yang rapuh ini. Ia hanya ingin seung ri tahu.
Seluruh aula heboh ketika seseorang meneriakan, “Freaky girl menyatakan cinta pada Pangeran Es!”
Wajah Yong mi memanas begitu semua orang menoleh ke arah mereka. Ia mengepalkan tangannya erat hanya untuk tidak tumbang sekarang juga.

“Aku tidak berpikir cinta sesuatu yang penting sekarang…” jawab seung ri lalu meneguk minuman merah dari gelas pialanya.
“Maaf Anda gagal!” ejek cowok yang berteriak tadi diikuti kekeh keras teman2nya.
Yong mi benar2 ingin menangis, tapi tak ada tanda2 air mata itu muncul. Ia terus berdiri terpaku seolah patung tak bernyawa. Hatinya seperti menguap, tak sanggup merasakan perasaan apapun. Ia tidak sedih, tidak juga marah. Ia hanya merasa—kosong.
Lama kemudian ia menyadari Cinta sederhana itu bahkan tak dianggap penting. Hati itu ternyata bukan apa-apa. Ribuan tetes air matanya berarti hampa. Yong mi menyerah dan mengubur perasaannya di ujung langit paling kelam. Tapi wallman tetap memberinya dukungan dengan cara paling aneh di dunia. Menulis pesan dinding.
***
Upacara kelulusan sudah dilaksanakan. Dan malam hari pesta perayaan dimulai. Yong mi menatap muram butiran mungil salju dari balik jendela kamarnya. Barang2 mereka semua sudah dikemas dan harus berangkat malam ini juga jika tidak ingin penerbangan dibatalkan karena cuaca buruk.
***

6.18pm…
ia tak berniat bertemu si wallman. Yong mi memilih menjadikan semuanya kenangan indah tanpa harus berakhir buruk jika temannya tahu ia hanya seorang murid paling tidak populer di sekolah.
Yong mi melangkah menjauhi halaman rumah yang sudah ditinggalinya sejak 3tahun yang lalu. Keluarganya memang selalu berpindah2 sehingga ia sulit berteman. Dan ini kota terlama yang pernah mereka singgahi.

***

6.45pm…

bandara hiruk pikuk. Bangku2 tunggu penuh dengan orang2 yang hendak bepergian. Yong mi bersandar pada pilar paling besar sambil mendenger “Blue Tommorow”-super junior dri ipod mungilnya menunggu segala macam administrasi ketika tiba2 ia teringat sesuatu. Spidol birunya—satu2nya kenangan indah yang sanggup ia bawa—tertinggal di atap sekolah.
“Umma, apa kita masih punya waktu?”
“waeyo? Kau mau ke mana?”
“sebentar saja. tidak akan lama. Aku janji!”

Sebelum ibunya mencegah, yong mi sudah berlari menembus kerumunan. Ia menghentikan taksi pertama yang lewat dan buru2 turun tepat di depan gerbang sekolah. Tempat itu ramai di sebelah barat. Aula penuh murid2 yang merayakan kelulusan.
Gelap gulita di pintu masuk gedung. Yong mi tak peduli. Ia terus menerobos melewati jalan rahasia yang biasa ia gunakan untuk menghindari bertemu orang lain. Ia tiba di lantai teratas tanpa halangan.
Tak terlihat apapun. ia berjongkok menggapai2 lantai yang beku sedingin es tapi tetap tak menemukan apapun. memang harus berakhir begitu saja.
Yong mi berdiri dan menarik napas panjang. Ia menyerah.

“Mencari ini?” tanya seseorang di belakangnya.
Yong mi terkejut. Ia berbalik dan tak yakin akan apa yang dilihatnya. Terlalu gelap.
“Seung ri sunbae!”pekiknya tertahan,” Jangan bilang kau si wallman…?”
“Aku sudah bilang aku tahu itu kau… setiap hari datang dan pergi menulisi dinding…”
“Tidak mungkin itu kau!” bentak yong mi tak percaya.
“Memang. Pada awalnya. ..”
“Apa maksudmu?”
“si wallman--sahabatmu itu adalah shin hyo ri. Cewek yang meninggal setahun yang lalu…”
Yong mi tersentak luar biasa. Ia tak percaya sahabatnya telah pergi bahkan tanpa ia tahu.
“Mwo? Bagaimana kau tahu?”
“Hyo ri bilang padaku. ..Tentang teman mayanya yang selalu menghindari pertemuan…”

Yong mi terdiam. Ia tak punya kata2 untuk menggambarkan apa yang ada di otaknya.
“Hyo ri gadis yang mudah sakit. Tapi ia tak suka orang2 mengetahui dan mengasihaninya. Ia selalu kabur ke atap sekolah setiap penyakitnya datang. Dan—ia melihat tulisanmu…”
“Tapi…” yong mi menelan ludah.
“Hyo ri belum tahu kau siapa sampai saat ia meninggal…”
“Bagaimana kau tahu itu aku?”

Seung ri melambaikan spidol birunya,”Terjatuh ketika kau menabrakku di ujung tangga…” lanjutnya,”untuk beberapa minggu kau tak mendapat balasan kan? Itu masa kritis hyo ri. Ia tak bisa sekolah lagi dan terus menghabiskan waktu di rumah sakit. Ia memintaku menggantikannya ketika ia tahu waktunya sudah tak ada. Aku menolak tentu saja. Tapi aku sudah berjanji…”
Yong mi merasa seperti menemukan kepingan puzzle yang hilang. Inilah alasan ketidak hadiran dan perbedaan pada tulisan2 selanjutnya dari jenjang waktu yang cukup lama itu.

“tulisan kalian tidak jauh berbeda…”
Seung ri terkekeh,”Tentu saja. Kami tumbuh besar dengan segala sesuatu hampir sama. Semua orang mengira kami bersaudara…”
“Tapi kau mencintainya, ya kan? Begitu mengenal dan selalu berada di sampingnya sampai saat terakhir…”

“aku tidak tahu itu cinta atau hanya perasaan egois, tapi, ya, aku selalu ingin bersamanya,”
Perkataan itu mengiris hati yong mi entah bagaimana caranya. Mendengar dari mulutnya sendiri, cowok yang kau sukai selama tiga tahun lebih memilih orang lain.

“arasseo…”bisiknya mengerti.
“Kemudian hyo ri mengajakku masuk ke duniamu. Kami bersama Membaca cerita2 tentang hidupmu. Ia menganggap kau manusia paling unik di dunia…”
Pipi yong mi memerah. Ia malu menyadari orang lain mengetahui jalan hidupnya yang biasa2 saja.
“Hyo ri benar. Kau polos sekali,” seungri bersandar ke pagar pengaman,”Kau hanya cewek yang sok tahu,”
“Sok tahu?!” protes yong mi,”Kau tidak tahu apa2!”
“Aku tahu. Hyo ri bilang kau menyukaiku sejak tahun pertama ‘kan? Di upacara penerimaan…”
“aku tidak pernah menyinggung sedikitpun namamu…”
“dia hanya menebak…” seungri memainkan spidol di tangannya,”Dan dia benar pada malam pesta tahun lalu…”
“Cih…” desah yong mi,”I wasn’t on my right mind…” kilahnya.
“Guraeyo? Sayang sekali…”
“Sudahlah… kembalikan barangku, aku harus segera pergi,” pinta yong mi melihat jam tangannya.
Seungri mengulurkan spidolnya. Yong mi menyambar benda itu berbalik pergi. Namun langkahnya terhenti ketika seungri menggengam erat pergelangan tangannya.
“Jangan pergi…” kata seungri sangat pelan.
“Mwo?” yong mi tak mengerti.
“kau menulis kau akan pindah…” ia mengangguk pada dinding di seberang.
“Ah… ne… aku tidak bisa di sini lagi…”
“Kau tidak mengerti?” kata seungri tak sabar,”Jangan pergi…” lanjutnya dalam bisikan tanpa memandang Yong mi.
“ap--pa…?”
“Lihat!” seungri menunjuk langit.
Yong mi sontak menoleh ke arah yang dimaksud ketika tiba2 sebuah kecupan singkat mendarat di bibirnya. Ia terkejut sampai mengira dirinya sedang bermimpi.
“Langitnya indah bukan?” kata seungri tanpa memandangnya,”Ya! Kau tidak lihat bintang di sana? Lihatlah…” tambahnya.
“Apa itu…?” tanya yong mi bodoh.
“Mwo? Apa maksudmu?”
“Itu—tadi…” yong mi memberi isyarat dengan jarinya,”Itu…”
“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan…” jawab seungri nakal membuat pipi yong mi memanas.
***

“Yoboseo… umma??”
“Ne… yong mi! kemana saja kau!” bentak umma dari seberang telpon.
“Aku tidak jadi pindah. Aku tetap disini!”
“Mwo??”
“Aku tidak jadi pindah… mianhe…”
“Tapi…”
“Tuuutt..tuuutt…tuuuuut….”

***
“Sepertinya Hyo Ri benar. Aku bodoh. Mataku tertutup keegoisan sehingga tak melihat hatimu yang seindah pelangi pagi.. Awalnya aku tak peduli. Bukan karena kesombongan atau apa. Aku mengunciku cintaku pada satu nama. Shin Hyo ri yang tak ‘kan pernah kumiliki. Aku egois dan membunuh cintamu begitu saja. Mianhe. Tapi kemudian, seiring detak jantung, Aku terpukau cara polosmu menyukaiku. Aku mulai mengerti cerita hidup sederhanamu. Kau menarikku ke duniamu yang biasa saja. Bagaimana bisa aku mulai peduli padamu, hah? Gadis dengan pipi yang begitu cepat memerah dan terus menyembunyikan senyumnya yang cerah? Aku benar2 ingin belajar mencintai sepertimu. Hanya saja, aku tak ‘kan pernah bilang!”—seung ri, in the name of Victory.

=THE END=

seperti biasa.. jeongmal mianhe klu ada salah2 ketik yaa^^
minta komen and jempolnyaa^^
gomawooo^^

SHAWOLELFVIP JJANG!!!

No comments: